Minggu, 04 Mei 2014

ZAT BERBAHAYA PADA MAKANAN (FORMALIN)







FORMALIN

Pengertian Formalin 


  
Formalin adalah larutan jernih yang tidak berwama dan baunya sangat menyengat. Formalin ditemukan pertama kali oleh ahli kimia yang berasal dari Rusia, Alexander Mikhailo vich Butlerov pada tahun 1859. Butlerov menemukannya secara tidak sengaja ketika meneliti struktur komponen organik tertentu.  Sebenarnya Formalin tersedia  di alam dalam bentuk gas yang dihasilkan dari pembakaran materi-materi karbon yang tidak sempurna. Karena keterbatasan alat, Butlerov tak mampu menguraikan atau mengolah lagi temuannya tersebut sehingga setelah hampir 9 tahun kemudian barulah ahli kimia Jerman, August Wilhelm Hofmann, mampu mengolah formaldehyde menjadi formalin.   Walaupun pada suhu kamar berwujud gas, Formaldehyde bisa dengan mudah menjadi larutan dalam air.  Hofmann mencampurkan methanol, udara, serta Formaldehyde dalam suatu spiral. Campuran itu dipanaskan sehingga terbentuk formalin. Komposisi Formaldehyde sebesar 37% inilah yang kemudian dijual dipasar sebagai formalin. Formalin banyak beredar di masyarakat karena formalin dapat mengawetkan tetapi bukan pada makanan. Maka banyak orang yang menyalahgunakan formalin tersebut untuk makanan agar makanan tersebut menjadi lebih awet. Formalin biasanya digunakan sebagai pengawet mayat.Ada beberapa hal yang menyebabkan pemakaian formalin sebagai bahan pengawet diantara lain harganya murah, itulah yang digunakan tidak telalu besar, mudah digunakan untuk proses pengawetan karena bentuknyalarutan, waktu memproses pengawetan lebih singkat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang formalin.  Berdasarkan standar Eropa, menurut penjelasan Drs Bambang Eru Wibowo (2010), peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kandungan formalin yang masuk dalam tubuh tidak boleh melebihi 660 ppm (1000 ppm setara 1 mg/liter). Sementara itu, berdasarkan hasil uji klinis, kata peneliti di Departemen llmu dan Teknologi Pangan lnstitut Pertanian Bogor Nuri Andarwulan, dosis toleransi tubuh manusia pada pemakaian secara terus- menerus (Recommended Dietary Daily Allowances/RDDA) untuk formalin sebesar 0,2 miligram per kilogram berat badan. Misalnya berat badan seseorang 50 kilogram, maka tubuh orang tersebut masih bisa mentoleransi sebesar 50 dikali 0,2 yaitu 10 miligram formalin secara terus-menerus.  Sedangkan standar United State Environmental Protection Agency/USEPA untuk batas toleransi formalin di udara, tercatat sebatas 0.016 ppm. Sementara Ahli bahan berbahaya dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Riswiyanto mengatakan keberadaan  formalin di dalam bahan makanan berbahaya bagi kesehatan, karena pada dasarnya formalin bukan pengawet makanan.  

Struktur dari formalin :


fixasi formalin : 





1.       Sifat-sifat dari formalin :   

·         Pada suhu diatas 150°C akan  terurai menjadi methanol dan karbondioksida   Bersifat karsinogenik (zat yang dapat menimbulkan kematian jaringan dan memicu kanker pada manusia). 
·         Mudah menguap, sehingga menimbulkan bau yang kuat dan pedih di mata. 
·         Merupakan senyawa desinfektan (zat yang dapat menurunkan jumlah bakteri tetapi bila terkena manusia dapat marusak jaringan) kuat untuk membasmi berbagai bakteri pembusuk, dan jamur. 
Jika kandungan dalam tubuh tinggi, maka dapat menekan fungsi sel yang menyebabkan keracunan dalam tubuh.  ( ULPK BBPOM Bandung) 


Ketahanan pangan yang mengandung formalin :
Janis pangan
Pada suhu 25°C
Pada suhu dingln 10°c
Mie basah
Tahan lebih dari 5  hari

Tahan lebih dari 15 hari

Tahu
Tahan lebih dari 3  hari
Tahan lebih dari 15 hari

Ikan basah
Tahan lebih dari 3  hari
Tahan lebih dari 10 hari


2.  Ciri-ciri pangan yang mengandung formalin : 

  Erni (2006:23) pada mie basah formalin sebagai pengawet dan pengenyal. Tanpa ditarnbahkan formalin mie basah setelah satu hari akan berbau dan Iengket yang menunjukan tanda-tanda kerusakan. Ciri-ciri mie yang tidak mengandung formalin selain tidak keras, jika digumpalkan mie basah tersebut akan bersatu kembali seperti adonan semula. Dengan adanya penambahan formalin, mie tersebut tahan sampai dengan lima hari. Pada tahu, penambahan formalin dilakukan pada proses penggumpalan tahu yang akan menyebabkan textur tahu menjadi lebih keras. Formalin juga digunakan untuk merendam tahu yang sudah jadi agar tahu tersebut lebih awet selama lebih dari tiga hari. Ciri tahu yang mengandung formalin ketika di tekan tehu tersebut sedikit kenyal dan tidak mudah hancur, sedangkan tahu yang tidak mengandung formalin setelah satu hari menunjukan kerusakan diantaranya berbau agak asam, dan berlendir.  Pada ikan basah penggunaan formalin sebagai pengawet agar ikan tersebut tidak mudah membusuk ikan yang mengandung formalin dapat tahan hingga tiga hari. lkan yang berformalin memiliki ciri-ciri insangnya berwama merah tua, warnanya putih pucat, kenyal, dan bau formalinnyamenyengat. Sedangkan ikan yang tidak mengandung formalin dalam satu hari menimbulkan pambusukan. 

Dampak bagi kesehatan  

 Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Fomalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan.  
  
Bahaya utama: 

 Menurut Depkes Kota Bandung (2007), formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa: Luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. 

 1.  Bahaya Jangka Pendek (akut) 

  a.  Bila terhirup 

1.  lritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk
2. Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru.
3. Tanda-tanda lainnya meliputu bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian . 

  b.  Bila terkena kulit Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi

  c.  Bila terkena Mata Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka fomalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

  d.  Bila tertelan, apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas. system susunan saraf pusat dan ginjal.   2  Bahaya Jangka Panjang (kronis). Depkes kota Bandung (2007) 

 Bahaya jangka panjang :

  a.  Bila terhirup. Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk- batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan kepala dan kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak

  b.  Bila terkena kulit. Apabila terkena kulit kulit terasa panas, mati rasa gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung . 

  c.  Bila terkena mata, jika terkena mata bahaya yang menonjol terjadinya radang selaput mata 

  d.  Bila tertelan. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.